Jumat, 04 Februari 2011

INTERNET WERLISE JOGJA

Permintaan akan kebutuhan akses internet di Indonesia dilaporkan meningkat pesat sejak tahun 2001. Tersedianya beragam pilihan koneksi dari mulai dial-up, ADSL, nirkabel hingga koneksi berbasis satelit (VSAT) membuat masyarakat (end user) pengguna internet semakin memiliki banyak pilihan. Selain beragam pilihan koneksi, turunnya tarif berlangganan internet turut meningkatkan animo masyarakat untuk menggunakan jasa internet. Salah satu penyedia jasa internet melalui jaringan TV Kabel bahkan mematok tarif sekitar 100 ribu per-bulannya tanpa batasan kuota data atau waktu dengan kecepatan 384 Kbps.
Tarif semurah ini sungguh sulit dibayangkan sebelum tahun 2007. Sedangkan dari segi kualitas, walaupun tidak dapat dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya, namun telah nampak adanya perbaikan-perbaikan dari segi layanan. Cakupan wilayah (coverage area) juga menentukan perkembangan industri komunikasi data ini. Satu faktor yang tidak kalah pentingnya adalah perkembangan teknologi infrastruktur jaringan internet.
Pada tulisan kali akan dibahas bagaimana fenomena menjamurnya infrastruktur jaringan internet skala kecil secara swadaya hingga dapat dimanfaatkan masyarakat luas sebagai end user guna mendapatkan layanan internet murah dan berkualitas serta potensi pemanfaatan dan pengembangan dari jaringan ini. Ada fenomena yang berkembang di Indonesia sejak tahun 2002 mengenai alternatif infrastruktur jaringan internet skala kecil yang dapat diterapkan pada lingkungan perumahan. Entah siapa yang pertama kali menamakannya namun istilah RTRWnet kerap dikaitkan dengan infrastruktur jaringan internet skala kecil tersebut. Sebagian mengatakan kata RTRWnet diadopsi dari skala jangkauan infrastrukturnya yang hanya menjangkau kawasan RT dan RW, sebagian lagi mengaitkan istilah RTRWnet dengan pembangunan jaringan internet yang melibatkan unsur warga didalam lingkungan RT atau RW.

Jaringan RTRWnet menggunakan akses nirkabel frekuensi 2.4 Ghz

RT/RW-Net adalah jaringan komputer swadaya masyarakat dalam ruang lingkup RT/RW melalui media kabel atau Wireless 2.4 Ghz dan Hotspot sebagai sarana komunikasi rakyat yang bebas dari undang-undang dan birokrasi pemerintah. Pemanfaatan RT/RW Net ini dapat dikembangkan sebagai forum komunikasi online yang efektif bagi warga untuk saling bertukar informasi, mengemukakan pendapat, melakukan polling ataupun pemilihan ketua RT/RW dan lain-lain yang bebas tanpa dibatasi waktu dan jarak melalui media e-Mail/Chatting/Web portal, disamping fungsi koneksi internet yang menjadi fasilitas utama. Bahkan fasilitas tersebut dapat dikembangkan hingga menjadi media telepon gratis dengan teknologi VoIP
Kualitas Akses
Dalam hal kecepatan akses memang jika diperkirakan dengan sumber akses internet broadband 384 Kbps yang akan dibagi kepada 10 pengguna maka rata-rata pengguna akan mendapatkan akses minimal 10Kbps – 32Kbps jika diasumsikan seluruh pengguna menggunakan akses bersamaan, dan kecepatan ini dapat bertambah jika para pengguna sedang tidak menggunakan akses internet diwaktu yang sama, maka kecepatan dapat mencapai maksimum 100Kbps – 320Kbps.
Kualitas kecepatan tersebut dapat ditingkatkan seiring dengan besarnya bandwidth sumber akses internet. Dengan minimum kecepatan 10Kbps hingga 32 Kbps saja kira-kira sudah setara dengan kecepatan internet melalui koneksi dial-up yang mengenakan tarif sekitar 6.000 hingga 9000 rupiah perjam atau koneksi GPRS yang mematok tarif 5.000 – 20.000 rupiah setiap 1 MB data (kira-kira setara 10 – 20 kali kunjungan website).
Jika dibandingkan dengan kedua koneksi diatas maka menggunakan internet RTRWnet jauh lebih menguntungkan dengan tarif sekitar 100 ribu setiap bulan tanpa batasan waktu atau kuota data selama 24 jam nonstop setiap harinya. Potensi RTRWnet Selain itu keuntungan lainnya sebagai fungsi jaringan lokal yang memiliki kecepatan akses data hingga 10 – 1000Mbps (tergantung perangkat), jika ditambah perangkat lunak (software) tambahan, juga dapat digunakan sebagai sarana komunikasi suara (VOLAN), streaming video gratis dan game online antar sesama pengguna.
Disisi lain jika dikembangkan lebih lanjut RTRWnet dapat menjadi pemain baru dalam bisnis komunikasi data. Jaringan RTRWnet ini ternyata juga dapat menjadi lahan bisnis jika diterapkan secara profesional, antariksajaya saat ini mulai menjual jasa akses internetnya ke rumah-rumah warga disekitar (radius 50KM area jogja) dengan menggunakan jaringan nirkabel 2.4 Ghz. Jika ditilik dari karakteristik kedua jaringan tersebut diatas maka penggunaan infrastruktur nirkabel 2.4 Ghz RTWR Net dapat berpotensi berkembang menjadi perusahaan komersial jasa internet berbasis nirkabel (Wireless ISP). Tentu saja dalam praktik dagangnya kualitas akses tersebut dilabeli “Up To” alias tidak mencantumkan kualitas kecepatan asli minimum koneksi yang berkisar 10 – 32 Kbps namun jika sudah dipasarkan untuk kepentingan komersial maka labelnya menjadi “Kecepatan Up To 384 Kbps” (kecepatan maksimum) atau dilabeli “Up To 128 Kbps” agar tidak terlalu “mencolok”.
Strategi dagang yang sebenarnya kurang fair namun diamini hampir seluruh penyedia jasa komunikasi. Karena memang tidak menipu, artinya mungkin saja mendapat kecepatan itu, namun pada implementasinya sangat sulit dan hampir tidak mungkin mencapai akses seperti itu, inilah yang dikatakan memanfaatkan ketidaktahuan konsumen akan seluk beluk kualitas koneksi.
Fenomena RTRWnet telah menumbuhkan semangat swadaya masyarakat sekaligus mengubah anggapan bahwa kepemilikan infrastruktur komunikasi hanya didominasi oleh pihak investor besar. Pada RTRWnet, masyarakatlah yang menjadi pemilik infrastruktur jaringan data ini. Tak urung perusahaan-perusahaan besar telekomunikasi besar sempat gerah ketika melihat potensi gerakan RTRWnet yang dapat berpotensi melahirkan komunikasi data dan suara yang murah jika saja hak frekuensi atas Wimax (nirkabel), teknologi yang memiliki daya jangkau lebih luas dibebaskan pemerintah pada Februari 2007 lau, dan dengan didukung aplikasi seperti VOIP-M (Voice Over Internet Protocol – Merdeka) sebuah gagasan dari Onno W Purbo pakar telekomunikasi Indonesia, bukan tidak mungkin jika nantinya komunikasi suara diseluruh Indonesia ini dapat menjadi gratis dengan memanfaatkan teknologi ini, prototipe sejenis telah dibangun disalah satu kota di Eropa.

INFO LENGKAP SILAHKAN KUNJUNGI www.antariksajaya.com